Friday, July 28, 2006

PSIS: Gelar Liga di Depan Mata


SOLO- Bonggo Pribadi membawa sebuah ''bus besar'' dan memarkirnya di depan gawang! Sebuah strategi bertahan klasik dengan model man to man marking yang dipilih oleh pelatih PSIS asal Surabaya itu membuat Emmanuel de Porras dan kawan-kawan tampil liat ketika menghadapi pasukan muda Persekabpas Pasuruan di Stadion Manahan Solo, semalam.


Bahkan ketika pada 15 menit terakhir blok pertahanan tim Semarang itu dibombardir serangan oleh anak-anak asuhan Subangkit, kinerja lini belakangnya tetap solid. Seluruh celah yang ada dengan sangat disiplin saling ditutup, tak hanya oleh bek atau wing-back, namun juga oleh para gelandangnya.


Buahnya, gawang I Komang Putra tetap perawan sampai pertandingan berakhir. Sebaliknya, gawang lawan yang dikawal Ahmad Nurosadi berhasil dijebol oleh Imral Usman pada menit ke-10.


Tak pelak pemain yang akrab disapa Korea ini menjadi pahlawan PSIS, karena skor 1-0 bertahan hingga wasit Jimmy Napitupulu meniup peluit akhir. PSIS pun melangkah ke final Liga Djarum Indonesia 2006. Gelar liga kini sudah berada di depan mata.


Kunci sukses Laskar Mahesa Jenar tak lepas dari strategi bertahan ketat yang dipilih Bonggo. Empat kali bertemu Persekabpas dalam pertandingan reguler Liga Indonesia musim 2005 dan 2006, membuat dia hafal cara bermainnya. Menurut Bonggo, Persekabpas selalu hanya memainkan satu striker, Alfredo Figueroa dengan dua gelandang serang, yakni Siswanto dan Zah Rahan. Jika tiga pemain ini ''mati'' maka daya gedor mereka otomatis tumpul.


Dipanggil Khusus


Itulah sebabnya sebelum pertandingan dimulai, Bonggo secara khusus memanggil empat pemain belakang ke dalam kamarnya di nomor 319 Hotel Quality Solo. Kamar 319 adalah kamar yang dihuni Bonggo Pribadi dan pelatih fisik Djanu Ismanto. Empat pemain yang dipanggil adalah Fofee Kamara, Modestus Setyawan, Suwita Patha, dan Maman Abdurahman.


Tiga pemain ditugaskannya secara khusus untuk menjaga tiga ''roh'' permainan Persekabpas. Modestus Setyawan yang tampil sejak menit pertama berhasil mematikan kelincahan winger Siswanto, Suwita Patha memangkas habis gerak Zah Rahan, dan Maman Abdurahman membuat Alfredo Figueroa tidak berdaya. Bonggo tidak khawatir dengan blok pertahanannya, karena dia masih memiliki Fofee yang bertugas sebagai sweeper.


Dengan ''matinya'' tiga pemain tersebut, Persekabpas praktis tak mampu membuat peluang yang benar-benar emas. Meski lebih menguasai jalannya pertandingan, aliran serangan tim Laskar Sakera selalu terhenti membentur blok pertahanan PSIS yang ibarat ''bus besar parkir di depan gawang.''


Pertandingan itu sekaligus membuktikan bahwa Bonggo Pribadi, yang musim lalu masih menjadi asisten pelatih PSIS dan selama ini dinilai belum bisa memilih taktik khas, ternyata mampu menghapus stigma. Strategi pertahanan gerendel dengan konsep man to man marking sentuhannya, berhasil menghentikan langkah anak-anak Pasuruan.


Padahal selama ini Persekabpas dikenal sebagai tim dengan daya gedor yang luar biasa. Langkah mereka ke semifinal menyisihkan dua klub raksasa, Persija Jakarta Pusat 3-1 dan PSM Makassar 5-1, menjadi dalil sahih. Pemain-pemain muda Pasuruan juga terkenal sulit menyerah. Salah satu buktinya, ketika mereka sudah tertinggal 0-2 dari Persmin Minahasa dan pertandingan tinggal menyisakan injury time pada babak delapan besar Liga Indonesia di Stadion Tri Dharma Gresik, pekan lalu, dengan sangat luar biasa bisa berubah. Hanya dalam tempo tiga menit Zah Rahan dkk mencetak dua gol sehingga membuat Persmin gagal mengantongi kemenangan.


Namun kengototan Murphy Kumonple dkk kali ini menemui batu besar. Pemain-pemain muda itu dibuat frustrasi oleh kesabaran bek-bek PSIS dalam mempertahankan daerah vitalnya. Tak ada gol yang mereka ciptakan. Tak ada juga keajaiban. Final liga masih menjadi milik klub-klub mapan, PSIS dan Persik Kediri.


Final antara PSIS versus Persik Kediri, yang mengalahkan Persmin Minahasa 3-1 di semifinal, akan digelar Minggu (30/7) di Stadion Manahan Solo. (F3,H13,D11,P44-40)

No comments:

Post a Comment